Semua yang ada di dunia ini, agaknya semua bersifat relatif.
Apa itu benar?
Mungkin. Pasti akan selalu ada probabilitas.
Dan apakah sebuah masa depan juga merupakan suatu ketidakpastian?
Siapa yang tau masa depan ku nanti akan seperti apa.
Katanya, ada begitu banyak hal yang menentukan masa depan.
Sudah terlalu banyak yang beretorika.
Akan sangat setuju aku dengan para motivator-motivator dan si pembuat teori-teori tentang kejelasan suatu
masa depan.
Di balik nya,
Untuk ku
Masa depan itu selamanya akan jadi misteri.
Terasa tabu jika aku harus terus berandai-andai dan menikmati perandaian itu.
Tidak peduli masa depan nanti seperti apa.
Kini, aku hanya ingin memberikan yang terbaik,
Untuk-Mu.
Ya, untuk-Mu.
Sabtu, 15 Juni 2013
Sabtu, 02 Maret 2013
Tak Percuma
Semua nya berangkat dari sebuah tujuan,
Setiap orang mempunyai visi nya masing-masing.
Semuanya mengatas namakan kebenaran.
Semuanya berdalih itu untuk kebaikan.
Tapi satu yang mereka lupa,
Tujuan yang mereka capai, sesungguhnya tujuan yang bukan apa-apa.
Mereka bilang harus idealis,
Mereka bilang bersifat lah realistis,
Mereka bilang jangan kamu berfikir pragmatis,
Meraka bilang aku ini aktivis,
tapi sungguh aku tidak pernah faham arti kata-kata itu.
Jengah aku dengan kat-kata yang tak umum tersebut.
Yang aku tau, dari kecil Ibu selalu mengajarkan ku agar senantiasa berbagi kebaikan,
Beliau berpesan agar aku menjadi seorang wanita yang kuat dalam menegakan kebenaran,
Bahwa aku harus senantiasa berpegang teguh pada keyakinan dimanapun aku berada.
Dan bahwa hanya ada satu tujuan kita di dunia yaitu pengabdian.
Sungguh sunggingan senyum itu, luapan-luapan amarah kekesalan, kemunafikan, kebencian dan prahara,
hanyalah sedikit dari dinamika kehidupan yang terjadi.
Hidup ini akan terhenti sampai batas yang telah ditentukan, dan ketika nanti
akan kah kita siap dengan hanya lima pertanyaan.
Ah jika sudah berfikir ke sana, rasanya alangkah bodoh diri ini.
alangkah sia-sia semua energi yang kuhabiskan hanya untuk menuruti hawa nafsu ini.
Tapi Tuhan, Engkau tidak pernah membuat sesuatu sia-sia.
Semua yang kau gariskan akan menjadi pelajaran.
Dan atas izin mu,
setiap yang aku tanam,
Pasti akan memberi hasil yang setimpal.
Setiap kekecewaan, akan menjadi titian.
Setiap kebahagian akan menjadi nikmat.
Setiap kebencian akan menjadi sentilan.
Semua itu tidak ada yang percuma.
Tidak percuma.
Sabtu, 05 Januari 2013
Suara Hati Seorang Ibu (Aktivis Wajib Baca !)
Orang bilang anakku seorang aktivis, Kata mereka namanya tersohor dikampusnya sana .
Orang
bilang anakku seorang aktivis, Dengan segudang kesibukan yang
disebutnya amanah umat . Orang bilang anakku seorang aktivis, Tapi
bolehkah aku sampaikan padamu nak ? “Ibu bilang engkau hanya seorang
putra kecil ibu yang lugu.”
Anakku, sejak mereka
bilang engkau seorang aktivis ibu kembali mematut diri menjadi ibu
seorang aktivis .Dengan segala kesibukkanmu,ibu berusaha mengerti
betapa engkau ingin agar waktumu terisi dengan segala yang
bermanfaat.Ibu sungguh mengerti itu nak, tapi apakah menghabiskan waktu
dengan ibumu ini adalah sesuatu yang sia-sia nak ? Sungguh setengah
dari umur ibu telah ibu habiskan untuk membesarkan dan menghabiskan
waktu bersamamu nak,tanpa pernah ibu berfikir bahwa itu adalah waktu
yang sia-sia
Anakku,kita memang berada disatu atap
nak,di atap yang sama saat dulu engkau bermanja dengan ibumu ini .
masih teringat oleh ibumu ini kenangan kenangan manis ketika engkau
masih ada didekapanku, dipelukanku.
Tapi kini
dimanakah rumahmu nak?ibu tak lagi melihat jiwamu di rumah ini
.Sepanjang hari ibu tunggu kehadiranmu dirumah,dengan penuh doa agar
Allah senantiasa menjagamu .Larut malam engkau kembali dengan wajah
kusut.Mungkin tawamu telah habis hari ini,tapi ibu berharap engkau sudi
mengukir senyum untuk ibu yang begitu merindukanmu . Ah,lagi-lagi ibu
terpaksa harus mengerti,bahwa engkau begitu lelah dengan segala
aktivitasmu hingga tak mampu lagi tersenyum untuk ibu . Atau jangankan
untuk tersenyum,sekedar untuk mengalihkan pandangan pada ibumu saja
engkau engkau,katamu engkau sedang sibuk mengejar deadline.
Padahal,andai
kau tahu nak,ibu ingin sekali mendengar segala kegiatanmu hari
ini,memastikan engkau baik-baik saja,memberi sedikit nasehat yang ibu
yakin engkau pasti lebih tahu.Ibu memang bukan aktivis sekaliber engkau
nak,tapi bukankah aku ini ibumu ? yang 9 bulan waktumu engkau habiskan
didalam rahimku..
Anakku, ibu mendengar engkau
sedang begitu sibuk nak. Nampaknya engkau begitu mengkhawatirkan nasib
organisasimu,engkau mengatur segala strategi untuk mengkader anggotamu .
Engkau nampak amat peduli dengan semua itu,ibu bangga padamu
.Namun,sebagian hati ibu mulai bertanya nak,kapan terakhir engkau
menanyakan kabar ibumu ini nak ? Apakah engkau mengkhawatirkan ibu
seperti engkau mengkhawatirkan keberhasilan acaramu ? kapan terakhir
engkau menanyakan keadaan adik-adikmu nak ? Apakah adik-adikmu ini
tidak lebih penting dari anggota organisasimu nak ?
Anakku,ibu
sungguh sedih mendengar ucapanmu.Saat engkau merasa sangat tidak
produktif ketika harus menghabiskan waktu dengan keluargamu . Memang
nak,menghabiskan waktu dengan keluargamu tak akan menyelesaikan
tumpukan tugas yang harus kau buat,tak juga menyelesaikan berbagai
amanah yang harus kau lakukan .Tapi bukankah keluargamu ini adalah
tugasmu juga nak?bukankah keluargamu ini adalah amanahmu yang juga harus
kau jaga nak?
Anakku,ibu mencoba membuka buku agendamu .Buku
agenda sang aktivis.Jadwalmu begitu padat nak,ada rapat disana
sini,ada jadwal mengkaji,ada jadwal bertemu dengan tokoh-tokoh
penting.Ibu membuka lembar demi lembarnya,disana ada sekumpulan
agendamu,ada sekumpulan mimpi dan harapanmu.Ibu membuka lagi lembar
demi lembarnya,masih saja ibu berharap bahwa nama ibu ada disana.
Ternyata
memang tak ada nak,tak ada agenda untuk bersama ibumu yang renta
ini.Tak ada cita-cita untuk ibumu ini . Padahal nak,andai engkau tahu
sejak kau ada dirahim ibu tak ada cita dan agenda yang lebih penting
untuk ibu selain cita dan agenda untukmu,putra kecilku..
Kalau
boleh ibu meminjam bahasa mereka,mereka bilang engkau seorang
organisatoris yang profesional.Boleh ibu bertanya nak,dimana
profesionalitasmu untuk ibu ?dimana profesionalitasmu untuk keluarga ?
Dimana engkau letakkan keluargamu dalam skala prioritas yang kau buat ?
Ah,waktumu terlalu mahal nak.Sampai-sampai ibu tak lagi mampu untuk membeli waktumu agar engkau bisa bersama ibu..
Setiap
pertemuan pasti akan menemukan akhirnya. Pun pertemuan dengan orang
tercinta,ibu,ayah,kaka dan adik . Akhirnya tak mundur sedetik tak maju
sedetik .Dan hingga saat itu datang,jangan sampai yang tersisa hanyalah
penyesalan.Tentang rasa cinta untuk mereka yang juga masih malu tuk
diucapkan .Tentang rindu kebersamaan yang terlambat teruntai.
Langganan:
Postingan (Atom)